Kamis, 21 Oktober 2010

PERSIAPAN PERNIKAHAN KIKI AMALIA-MARKUS HORISON

    Persiapan pernikahan Kiki Amalia dengan Kiper Tim Nasional
PSSI, Markus Haris Maulana, sudah 50 persen. Kiki dilamar Markus
setelah lebaran. 

Kemarin, Kiki datang ke butik desainer Amy Atmanto untuk fitting baju. Namun kedatangannya hanya ditemani ibunda, karena Markus masih menjalani latihan untuk menghadapi laga Indonesia versus Pantai Gading, November mendatang.
  

"Insya Allah persiapan sudah 50 persen dan aku percaya untuk WO-nya sama Rina Gunawan," papar Kiki ditemui di Tebet Timur, Jakarta Selatan, Kamis
(14/10/2010).
 

Dia menceritakan rencana pernikahan ini bukan mendadak, tetapi Kiki sengaja tidak mau digembar-gemborkan di media massa. "Dengan berita ini, Insya Allah
semua orang bisa bahagia," kata dia.
 

Meskipun beda profesi, Kiki mengaku sudah bisa saling mendukung. Apalagi menurutnya, profesi atlet dan artis tidak jauh berbeda, karena sama-sama figur publik. "Ini jadi tantangan buat aku. Meskipun jarang ketemu, tapi tetap mesra," tukasnya.
 

Perkenalan antara Markus dan Kiki sudah lama, yakni sejak 2004. Saat itu, Kiki dikenal sebagai presenter acara sepakbola dan sempat mewawancarai
Markus. Keduanya pun kembali bertemu lewat Twitter dan kedekatan itu
semakin berlanjut.
 


Apakah Kiki sudah mantap untuk menjadi istri seorang kiper tim nasional sepakbola Indonesia? "Insya Allah," jawabnya.

Jumat, 15 Oktober 2010

The Flinker Question raih penghargaan Booker

jacobson

Novelis Howard Jacobson berhasil menyingkirkan Peter Carey
Pengarang dan kolumnis Howard Jacobson melalui novel The Flinker Question memenangkan penghargaan Booker di Inggris tahun ini.
Jacobson menyingkirkan Peter Carey, pemenang Booker dua kali, dan mendapatkan hadiah sekitar US$79.000.

Ketua dewan juri Sir Andrew Motion, memuji buku karya penulis berumur 68 tahun tersebut.
"Buku ini sangat lucu tetapi juga amat cerdas, menyentuh dan sangat halus," kata Motion.
"Buku ini sangat artikulatif, yang digarap dengan sangat baik."
Dewan juri membutuhkan waktu satu jam pada Selasa pagi untuk memutuskan siapa pemenang penghargaan Booker tahun ini. Tapi keputusan ini tidak diambil secara bulat.
Saat menerima hadiah, Jacobson berkelakar setiap kali dinominasikan dirinya selalu menyiapkan naskah pidato. Dan selama ini naskah pidato tersebut tidak pernah terpakai.
"Saya cermati isi sambutan saya makin lama makin tidak sopan," kata Jacobson.
Ia menyalahkan para juri yang selama ini tidak memilih karya sastra yang ia tulis.
"Malam ini saya memaafkan mereka. Mereka kan hanya melakukan tugas," kata Jacobson.
Buku ini mengisahkan rasa ke-Yahudi-an yang menghinggapi kehidupan tiga orang yang berteman akrab – dua orang di antaranya Yahudi dan satu lainnya berharap ingin menjadi Yahudi.

Jane Austen Yahudi

Pemeran utama The Finkler Question adalah produser Radio BBC bernama Julian Treslove, yang diserang saat pulang setelah bertemu dengan beberapa teman.
Buku ini sangat lucu tetapi juga amat cerdas, menyentuh dan sangat halus
Andrew Motion
Setelah serangan ini ia merasakan identitasnya berubah.
Jacobson, yang menggambarkan dirinya sebagai "Jane Austen Yahudi" mengatakan bukunya itu tentang "ke-Yahudi-an dari kacamata orang luar".
"Saya membawa cara berpikir orang yahudi ke novel Inggris," jelasnya.
The Finkler Question sebenarnya tidak diunggulkan untuk menyabet penghargaan Booker.
Novel yang diperkirakan akan muncul sebagai pemenang adalah C karya Tom McCarthy.

Buku ini tentang seorang lelaki yang terobsesi dengan hari-hari awal kerjanya di radio.
Yang juga ramai dibicarakan adalah buku karya Peter Carey Parrot and Olivier in America.
Ia menyabet penghargaan Booker pada 1998 melalui Oscar and Lucinda. Tiga tahun kemudian Carey lagi-lagi dinyatakan sebagai pemenang berkat True History of the Kelly Gang.
Buku-buku yang masuk dalam daftar pemenang Booker tahun ini adalah In A Strange Room karya Damon Galgut, Room karya Emma Donoghue, dan The Long Song karya Andrea Levy.
Howard Jacobson yang saat ini tinggal di London, lahir di Manchester dan berkuliah di Downing College, Cambridge.
Dia sempat mengajar di Universitas Sydney sebelum kembali ke Cambridge untuk mengajar di Selwyn College.

Dia dinominasikan untuk meraih penghargaan Booker tahun 2002, melalui buku Who's Sorry Now yang berkisah tentang pengusaha yang mencintai empat perempuan.

Profil Ernest Douwes Dekker

Lahir 8 Oktober 1879
Hindia-Belanda Pasuruan, Hindia-Belanda
Meninggal 28 Agustus 1950 (umur 70)
Flag of Indonesia.svg Bandung, Jawa Barat, Indonesia
Pekerjaan Politikus, Wartawan, Aktivis, Penulis
Pasangan Clara Charlotte Deije
Johanna P. Mossel
Haroemi Wanasita (Nelly Kruymel)
Dr. Ernest François Eugène Douwes Dekker (umumnya dikenal dengan nama Douwes Dekker atau Danudirja Setiabudi; lahir di Pasuruan, Hindia-Belanda, 8 Oktober 1879 – meninggal di Bandung, Jawa Barat, 28 Agustus 1950 pada umur 70 tahun) adalah seorang pejuang kemerdekaan dan pahlawan nasional Indonesia.

Ia adalah salah seorang peletak dasar nasionalisme Indonesia di awal abad ke-20, penulis yang kritis terhadap kebijakan pemerintah penjajahan Hindia-Belanda, wartawan, aktivis politik, serta penggagas nama "Nusantara" sebagai nama untuk Hindia-Belanda yang merdeka. Setiabudi adalah salah satu dari "Tiga Serangkai" pejuang pergerakan kemerdekaan Indonesia, selain dr. Tjipto Mangoenkoesoemo dan Suwardi Suryaningrat.

Kehidupan pribadi

Ernest adalah anak ketiga (dari empat bersaudara) pasangan Auguste Henri Edouard Douwes Dekker (Belanda totok), seorang pialang bursa efek dan agen bank, dan Louisa Margaretha Neumann, seorang Indo dari ayah Jerman dan ibu Jawa. Dengan pekerjaannya itu, Auguste termasuk orang yang berpenghasilan tinggi. Ernest, biasa dipanggil "Nes" oleh orang-orang dekatnya atau "DD" oleh rekan-rekan seperjuangannya, masih terhitung saudara dari pengarang buku Max Havelaar, yaitu Eduard Douwes Dekker (Multatuli), yang merupakan adik kakeknya. Olaf Douwes Dekker, cucu dari Guido, saudaranya, menjadi penyair di Breda, Belanda.

DD menikah dengan Clara Charlotte Deije (1885-1968), anak dokter campuran Jerman-Belanda pada tahun 1903, dan mendapat lima anak, namun dua di antaranya meninggal sewaktu bayi (keduanya laki-laki). Yang bertahan hidup semuanya perempuan. Perkawinan ini kandas pada tahun 1919 dan keduanya bercerai.

Kemudian DD menikah lagi dengan Johanna Petronella Mossel (1905-1978), seorang Indo keturunan Yahudi, pada tahun 1927. Johanna adalah guru yang banyak membantu kegiatan kesekretariatan Ksatrian Instituut, sekolah yang didirikan DD. Dari perkawinan ini mereka tidak dikaruniai anak. Di saat DD dibuang ke Suriname pada tahun 1941 pasangan ini harus berpisah, dan di kala itu kemudian Johanna menikah dengan Djafar Kartodiredjo, yang juga merupakan seorang Indo (sebelumnya dikenal sebagai Arthur Kolmus), tanpa perceraian resmi terlebih dahulu. Tidak jelas apakah DD mengetahui pernikahan ini karena ia selama dalam pengasingan tetap berkirim surat namun tidak dibalas.

Sewaktu DD "kabur" dari Suriname dan menetap sebentar di Belanda (1946), ia menjadi dekat dengan perawat yang mengasuhnya, Nelly Alberta Geertzema née Kruymel, seorang Indo yang berstatus janda beranak satu. Nelly kemudian menemani DD yang menggunakan nama samaran pulang ke Indonesia agar tidak ditangkap intelijen Belanda. Mengetahui bahwa Johanna telah menikah dengan Djafar, DD tidak lama kemudian menikahi Nelly, pada tahun 1947. DD kemudian menggunakan nama Danoedirdja Setiabuddhi dan Nelly menggunakan nama Haroemi Wanasita, nama-nama yang diusulkan oleh Sukarno. Sepeninggal DD, Haroemi menikah dengan Wayne E. Evans pada tahun 1964 dan kini tinggal di Amerika Serikat.

Walaupun mencintai anak-anaknya, DD tampaknya terlalu berfokus pada perjuangan idealismenya sehingga perhatian pada keluarga agak kurang dalam. Ia pernah berkata kepada kakak perempuannya, Adelin, kalau yang ia perjuangkan adalah untuk memberi masa depan yang baik kepada anak-anaknya di Hindia kelak yang merdeka. Pada kenyataannya, semua anaknya meninggalkan Indonesia menuju ke Belanda ketika Jepang masuk. Demikian pula semua saudaranya, tidak ada yang memilih menjadi warga negara Indonesia.

Riwayat hidup

Masa muda

Pendidikan dasar ditempuh Nes di Pasuruan. Sekolah lanjutan pertama-tama diteruskan ke HBS di Surabaya, lalu pindah ke Gymnasium Willem III, suatu sekolah elit di Batavia. Selepas lulus sekolah ia bekerja di perkebunan kopi "Soember Doeren" di Malang, Jawa Timur. Di sana ia menyaksikan perlakuan semena-mena yang dialami pekerja kebun, dan sering kali membela mereka. Tindakannya itu membuat ia kurang disukai rekan-rekan kerja, namun disukai pegawai-pegawai bawahannya. Akibat konflik dengan manajernya, ia dipindah ke perkebunan tebu "Padjarakan" di Kraksaan sebagai laboran.[1] Sekali lagi, dia terlibat konflik dengan manajemen karena urusan pembagian irigasi untuk tebu perkebunan dan padi petani. Akibatnya, ia dipecat.

Perang Boer

Menganggur dan kematian mendadak ibunya, membuat Nes memutuskan berangkat ke Afrika Selatan pada tahun 1899 untuk ikut dalam Perang Boer Kedua melawan Inggris. Ia bahkan menjadi warga negara Republik Transvaal. Beberapa bulan kemudian kedua saudara laki-lakinya, Julius dan Guido, menyusul. Nes tertangkap lalu dipenjara di suatu kamp di Ceylon. Di sana ia mulai berkenalan dengan sastera India, dan perlahan-lahan pemikirannya mulai terbuka akan perlakuan tidak adil pemerintah kolonial Hindia Belanda terhadap warganya.

Sebagai wartawan yang kritis dan aktivitas awal

DD dipulangkan ke Hindia Belanda pada tahun 1902, dan bekerja sebagai agen pengiriman KPM, perusahaan pengiriman milik negara. Penghasilannya yang lumayan membuatnya berani menyunting Clara Charlotte Deije, putri seorang dokter asal Jerman yang tinggal di Hindia Belanda, pada tahun 1903.
Kemampuannya menulis laporan pengalaman peperangannya di surat kabar terkemuka membuat ia ditawari menjadi reporter koran Semarang terkemuka, De Locomotief. Di sinilah ia mulai merintis kemampuannya dalam berorganisasi. Tugas-tugas jurnalistiknya, seperti ke perkebunan di Lebak dan kasus kelaparan di Indramayu, membuatnya mulai kritis terhadap kebijakan kolonial. Ketika ia menjadi staf redaksi Bataviaasch Nieuwsblad, 1907, tulisan-tulisannya menjadi semakin pro kaum Indo dan pribumi. Dua seri artikel yang tajam dibuatnya pada tahun 1908. Seri pertama artikel dimuat Februari 1908 di surat kabar Belanda Nieuwe Arnhemsche Courant setelah versi bahasa Jermannya dimuat di koran Jerman Das Freie Wort, "Het bankroet der ethische principes in Nederlandsch Oost-Indie" ("Kebangkrutan prinsip etis di Hindia Belanda") kemudian pindah di Bataviaasche Nieuwsblad. Sekitar tujuh bulan kemudian (akhir Agustus) seri tulisan panas berikutnya muncul di surat kabar yang sama, "Hoe kan Holland het spoedigst zijn koloniën verliezen?" ("Bagaimana caranya Belanda dapat segera kehilangan koloni-koloninya?", versi Jermannya berjudul "Hollands kolonialer Untergang"). Kembali kebijakan politik etis dikritiknya. Tulisan-tulisan ini membuatnya mulai masuk dalam radar intelijen penguasa.

Rumah DD, pada saat yang sama, yang terletak di dekat Stovia menjadi tempat berkumpul para perintis gerakan kebangkitan nasional Indonesia, seperti Sutomo dan Cipto Mangunkusumo, untuk belajar dan berdiskusi. Budi Utomo (BO), organisasi yang diklaim sebagai organisasi nasional pertama, lahir atas bantuannya. Ia bahkan menghadiri kongres pertama BO di Yogyakarta.
Aspek pendidikan tak luput dari perhatian DD. Pada tahun 1910 (8 Maret) ia turut membidani lahirnya Indische Universiteit Vereeniging (IUV), suatu badan penggalang dana untuk memungkinkan dibangunnya lembaga pendidikan tinggi (universitas) di Hindia Belanda. Di dalam IUV terdapat orang Belanda, orang-orang Indo, aristokrat Banten dan perwakilan dari organisasi pendidikan kaum Tionghoa THHK.

Indische Partij

Karena menganggap BO terbatas pada masalah kebudayaan (Jawa), DD tidak banyak terlibat di dalamnya. Sebagai seorang Indo, ia terdiskriminasi oelh orang Belanda murni ("totok" atau trekkers). Sebagai contoh, orang Indo tidak dapat menempati posisi-posisi kunci pemerintah karena tingkat pendidikannya. Mereka dapat mengisi posisi-posisi menengah dengan gaji lumayan tinggi. Untuk posisi yang sama, mereka mendapat gaji yang lebih tinggi daripada pribumi. Namun, akibat politik etis, posisi mereka dipersulit karena pemerintah koloni mulai memberikan tempat pada orang-orang pribumi untuk posisi-posisi yang biasanya diisi oleh Indo. Tentu saja pemberi gaji lebih suka memilih orang pribumi karena mereka dibayar lebih rendah. Keprihatinan orang Indo ini dimanfaatkan oleh DD untuk memasukkan idenya tentang pemerintahan sendiri Hindia Belanda oleh orang-orang asli Hindia Belanda (Indiërs) yang bercorak inklusif dan mendobrak batasan ras dan suku. Pandangan ini dapat dikatakan original, karena semua orang pada masa itu lebih aktif pada kelompok ras atau sukunya masing-masing.
Berangkat dari organisasi kaum Indo, Indische Bond dan Insulinde, ia menyampaikan gagasan suatu "Indië" (Hindia) baru yang dipimpin oleh warganya sendiri, bukan oleh pendatang. Ironisnya, di kalangan Indo ia mendapat sambutan hangat hanya di kalangan kecil saja, karena sebagian besar dari mereka lebih suka dengan status quo, meskipun kaum Indo direndahkan oleh kelompok orang Eropa "murni" toh mereka masih dapat dilayani oleh pribumi.

Tidak puas karena Indische Bond dan Insulinde tidak bisa bersatu, pada tahun 1912 Nes bersama-sama dengan Cipto Mangunkusumo dan Suwardi Suryaningrat mendirikan partai berhaluan nasionalis inklusif bernama Indische Partij ("Partai Hindia").[1][4] Kampanye ke beberapa kota menghasilkan anggota berjumlah sekitar 5000 orang dalam waktu singkat. Semarang mencatat jumlah anggota terbesar, diikuti Bandung. Partai ini sangat populer di kalangan orang Indo, dan diterima baik oleh kelompok Tionghoa dan pribumi, meskipun tetap dicurigai pula karena gagasannya yang radikal. Partai yang anti-kolonial dan bertujuan akhir kemerdekaan Indonesia ini dibubarkan oleh pemerintah kolonial Hindia Belanda setahun kemudian, 1913 karena dianggap menyebarkan kebencian terhadap pemerintah.
Akibat munculnya tulisan terkenal Suwardi di De Expres, "Als ik eens Nederlander was" (Seandainya aku orang Belanda), ketiganya lalu diasingkan ke Belanda, karena DD dan Cipto mendukung Suwardi.

Dalam pembuangan di Eropa

Universitas Zurich, tempat Ernest Douwes Dekker menempuh pendidikan tingginya.
Masa di Eropa dimanfaatkan oleh Nes untuk mengambil program doktor di Universitas Zürich, Swiss, dalam bidang ekonomi. Di sini ia tinggal bersama-sama keluarganya. Gelar doktor diperoleh secara agak kontroversial dan dengan nilai "serendah-rendahnya", menurut istilah salah satu pengujinya. Karena di Swis ia terlibat konspirasi dengan kaum revolusioner India, ia ditangkap di Hong Kong dan diadili dan ditahan di Singapura (1918). Setelah dua tahun dipenjara, ia pulang ke Hindia Belanda 1920.

 Kegiatan jurnalistik dan Peristiwa Polanharjo

Sekembalinya ia ke Batavia setelah dipenjara DD aktif kembali dalam dunia jurnalistik dan organisasi. Ia menjadi redaktur organ informasi Insulinde yang bernama De Beweging. Ia menulis beberapa seri artikel yang banyak menyindir kalangan pro-koloni serta sikap kebanyakan kaumnya: kaum Indo. Targetnya sebetulnya adalah de-eropanisasi orang Indo, agar mereka menyadari bahwa demi masa depan mereka berada di pihak pribumi, bukan seperti yang terjadi, berpihak ke Belanda. Organisasi kaum Indo yang baru dibentuk, Indisch Europeesch Verbond (IEV), dikritiknya dalam seri tulisan "De tien geboden" (Sepuluh Perintah Tuhan) dan "Njo Indrik" (Sinyo Hendrik). Pada seri yang disebut terakhir, IEV dicap olehnya sebagai "liga yang konyol dan kekanak-kanakan".
Sejumlah pamflet lepas yang cukup dikenal juga ditulisnya pada periode ini, seperti "Een Natie in de maak" (Suatu bangsa tengah terbentuk) dan "Ons volk en het buitlandsche kapitaal" (Bangsa kita dan modal asing).
Pada rentang masa ini dibentuk pula Nationaal Indische Partij (NIP), sebagai organisasi pelanjut Indische Partij yang telah dilarang. Pembentukan NIP menimbulkan perpecahan di kalangan anggota Insulinde antara yang moderat (kebanyakan kalangan Indo) dan yang progresif (menginginkan pemerintahan sendiri, kebanyakan orang Indonesia pribumi). NIP akhirnya bernasib sama seperti IP: tidak diizinkan oleh Pemerintah.
Pada tahun 1919, DD terlibat (atau tersangkut) dalam peristiwa protes dan kerusuhan petani/buruh tani di perkebunan tembakau Polanharjo, Klaten. Ia terkena kasus ini karena dianggap mengompori para petani dalam pertemuan mereka dengan orang-orang Insulinde cabang Surakarta, yang ia hadiri pula. Pengadilan dilakukan pada tahun 1920 di Semarang. Hasilnya, ia dibebaskan; namun kasus baru menyusul dari Batavia: ia dituduh menulis hasutan di surat kabar yang dipimpinnya. Kali ini ia harus melindungi seseorang (sebagai redaktur De Beweging) yang menulis suatu komentar yang di dalamnya tertulis "Membebaskan negeri ini adalah keharusan! Turunkan penguasa asing!". Yang membuatnya kecewa adalah ternyata alasan penyelidikan bukanlah semata tulisan itu, melainkan "mentalitas" sang penulis (dan dituduhkan ke DD). Setelah melalui pembelaan yang panjang, DD divonis bebas oleh pengadilan.

Aktivitas pendidikan dan Ksatrian Instituut

Sekeluarnya dari tahanan dan rentetan pengadilan, DD cenderung meninggalkan kegiatan jurnalistik dan menyibukkan diri dalam penulisan sejumlah buku semi-ilmiah dan melakukan penangkaran anjing gembala Jerman dan aktif dalam organisasinya. Prestasinya cukup mengesankan, karena salah satu anjingnya memenangi kontes dan bahkan mampu menjawab beberapa pertanyaan berhitung dan menjawab beberapa pertanyaan tertulis.
Atas dorongan Suwardi Suryaningrat yang saat itu sudah mendirikan Perguruan Taman Siswa, ia kemudian ikut dalam dunia pendidikan, dengan mendirikan sekolah "Ksatrian Instituut" (KI) di Bandung. Ia banyak membuat materi pelajaran sendiri yang instruksinya diberikan dalam bahasa Belanda. KI kemudian mengembangkan pendidikan bisnis, namun di dalamnya diberikan pelajaran sejarah Indonesia dan sejarah dunia yang materinya ditulis oleh Nes sendiri. Akibat isi pelajaran sejarah ini yang anti-kolonial dan pro-Jepang, pada tahun 1933 buku-bukunya disita oleh pemerintah Keresidenan Bandung dan kemudian dibakar. Pada saat itu Jepang mulai mengembangkan kekuatan militer dan politik di Asia Timur dengan politik ekspansi ke Korea dan Tiongkok. DD kemudian juga dilarang mengajar.

Kegiatan sebelum pembuangan

Karena dilarang mengajar, DD kemudian mencari penghasilan dengan bekerja di kantor Kamar Dagang Jepang di Jakarta. Ini membuatnya dekat dengan Mohammad Husni Thamrin, seorang wakil pribumi di Volksraad. Pada saat yang sama, pemerintah Hindia Belanda masih trauma akibat pemberontakan komunis (ISDV) tahun 1927, memecahkan masalah ekonomi akibat krisis keuangan 1929, dan harus menghadapi perkembangan fasisme ala Nazi di kalangan warga Eropa (Europaeer).
Serbuan Jerman ke Denmark dan Norwegia, dan akhirnya ke Belanda, pada tahun 1940 mengakibatkan ditangkapnya ribuan orang Jerman di Hindia Belanda, berikut orang-orang Eropa lain yang diduga berafiliasi Nazi. DD yang memang sudah "dipantau", akhirnya ikut digaruk karena dianggap kolaborator Jepang, yang mulai menyerang Indocina Perancis. Ia juga dituduh komunis.

Pengasingan di Suriname

DD ditangkap dan dibuang ke Suriname pada tahun 1941 melalui Belanda. Di sana ia ditempatkan di suatu kamp jauh di pedalaman Sungai Suriname yang bernama Jodensavanne ("Padang Yahudi"). Tempat itu pada abad ke-17 hingga ke-19 pernah menjadi tempat pemukiman orang Yahudi yang kemudian ditinggalkan karena kemudian banyak pendatang yang membuat keonaran.
Kondisi kehidupan di kamp sangat memprihatinkan. Sampai-sampai DD, yang waktu itu sudah memasuki usia 60-an, sempat kehilangan kemampuan melihat. Di sini kehidupannya sangat tertekan karena ia sangat merindukan keluarganya. Surat-menyurat dilakukannya melalui Palang Merah Internasional dan harus melalui sensor.

Ketika kabar berakhirnya perang berakhir, para interniran (buangan) di sana tidak segera dibebaskan. Baru menjelang pertengahan tahun 1946 sejumlah orang buangan dikirim ke Belanda, termasuk DD. Di Belanda ia bertemu dengan Nelly Albertina Gertzema nee Kruymel, seorang perawat. Nelly kemudian menemaninya kembali ke Indonesia. Kepulangan ke Indonesia juga melalui petualangan yang mendebarkan karena DD harus mengganti nama dan menghindari petugas intelijen di Pelabuhan Tanjung Priok. Akhirnya mereka berhasil tiba di Yogyakarta, ibukota Republik Indonesia pada waktu itu pada tanggal 2 Januari 1947.

Perjuangan di masa Revolusi Kemerdekaan dan akhir hayat

Tak lama setelah kembali ia segera terlibat dalam posisi-posisi penting di sisi Republik Indonesia. Pertama-tama ia menjabat sebagai menteri negara tanpa portofolio dalam Kabinet Sjahrir III, yang hanya bekerja dalam waktu hampir 9 bulan. Selanjutnya berturut-turut ia menjadi anggota delegasi negosiasi dengan Belanda, konsultan dalam komite bidang keuangan dan ekonomi di delegasi itu, anggota DPA, pengajar di Akademi Ilmu Politik, dan terakhir sebagai kepala seksi penulisan sejarah (historiografi) di bawah Kementerian Penerangan. Di mata beberapa pejabat Belanda ia dianggap "komunis" meskipun ini sama sekali tidak benar.
Pada periode ini DD tinggal satu rumah dengan Sukarno. Ia juga menempati salah satu rumah di Kaliurang. Dan dari rumah di Kaliurang inilah pada tanggal 21 Desember 1948 ia diciduk tentara Belanda yang tiba dua hari sebelumnya di Yogyakarta dalam rangka "Aksi Polisionil". Setelah diinterogasi ia lalu dikirim ke Jakarta untuk diinterogasi kembali.
Tak lama kemudian DD dibebaskan karena kondisi fisiknya yang payah dan setelah berjanji tak akan melibatkan diri dalam politik. Ia dibawa ke Bandung atas permintaannya. Harumi kemudian menyusulnya ke Bandung. Setelah renovasi, mereka lalu menempati rumah lama (dijulukinya "Djiwa Djuwita") di Lembangweg.
Di Bandung ia terlibat kembali dengan aktivitas di Ksatrian Instituut. Kegiatannya yang lain adalah mengumpulkan material untuk penulisan autobiografinya (terbit 1950: 70 jaar konsekwent) dan merevisi buku sejarah tulisannya.
Ernest Douwes Dekker wafat dini hari tanggal 28 Agustus 1950 (tertulis di batu nisannya; 29 Agustus 1950 versi van der Veur, 2006) dan dimakamkan di TMP Cikutra, Bandung.

Penghargaan

Jasa DD dalam perintisan kemerdekaan diekspresikan dalam banyak hal. Di setiap kota besar dapat dijumpai jalan yang dinamakan menurut namanya: Setiabudi. Jalan Lembang di Bandung utara, tempat rumahnya berdiri, sekarang bernama Jalan Setiabudi. Di Jakarta bahkan namanya dipakai sebagai nama suatu kecamatan, yakni Kecamatan Setiabudi di Jakarta Selatan.
Di Belanda, nama DD juga dihormati sebagai orang yang berjasa dalam meluruskan arah kolonialisme (meskipun hampir sepanjang hidupnya ia berseberangan posisi politik dengan pemerintah kolonial Belanda; bahkan dituduh "pengkhianat").

Kamis, 14 Oktober 2010

Profil Jorge Lorenzo (Pemenang MotoGP 2010)

Jorge Lorenzo (lahir di Palma de Mallorca, Spanyol, 4 Mei 1987; umur 23 tahun), merupakan seorang pembalap MotoGP. Saat ini ia bergabung bersama Valentino Rossi di tim Fiat Yamaha. Tanggal 10 Oktober 2010, Jorge Lorenzo memastikan diri sebagai juara dunia MotoGP untuk pertama kalinya.

Kewarganegaraan Spanish
Tanggal lahir 4 Mei 1987 (umur 23)
Tempat lahir Palma de Mallorca, Balearic Islands, Spanyol
Website www.lorenzo99.com
Sejarah karier di ajang MotoGP
Tim sekarang Fiat Yamaha Team
Nomor motor 99
Juara Dunia 250cc – 2006, 2007
Start 129
Menang 26
Podium 57
Pole position 35
Lap tercepat 12
Poin kejuaraan 1518
2009 Championship position ke-2 (261 points)

Biografi

Karier

Jorge Lorenzo memulai kariernya di dunia MotoGP di kelas 125cc pada tahun 2002 pada seri Spanyol. Saat itu ia tidak bisa mengikuti sesi latihan karena usianya tidak mencukupi, karena regulasi MotoGP mengharuskan seorang pembalap minimal berusia 15 tahun untuk bisa turun di MotoGP. Namun ia bisa mengikuti sesi kualifikasi kedua karena hari itu tepat hari ulang tahunnya yang ke 15. Ia memenagi Grand Prix pertamanya di musim berikutnya pada seri Rio de Janeiro di Brazil.

Dua musim berikutnya yaitu tahun 2005 ia turun di kelas 250cc, sejak saat itu ia mulai diperhitungkan keberadaannya di dunia MotoGP Grand Prix. Tahun 2007 dengan 9 pole posotion yang menuntunya untuk 9 kali menang, membuat ia menjadi keluar sebagai juara dunia di musim tersebut.

Pada 25 Juli 2007 ia menandatangani kontrak dengan Fiat Yamaha dan menjadi rekan Valentino Rossi untuk musim 2008 dan 2009. Pada seri pertamanya di kelas MotoGP 2008 ia langsung merebut pole position, dan membuat ia menjadi orang kedua yang melakukan itu sejak Max Biaggi melakukannya 10 tahun yang lalu. Tiga seri berikutnya ia mempertahankan pole position-nya dan memenangi kelas MotoGP untuk pertama kali di sirkuit Estoril, Portugal. Di seri selanjutnya di MotoGP Grand Prix of China ia mengalami kecelakaan pada sesi latihan sehingga membuatnya tidak bisa bersaing dengan ketat pada musim tersebut, dan hanya bisa barada pada urutan keempat di akhir musim.

Di musim 2009 Lorenzo semakin kuat dan matang, ia terus menempel ketat Rossi sepanjang musim, dan keluar menjadi juara ke dua di akhir musim. Di akhir musim 2009 pula ia memperpanjang kontarknya dengan Fiat Yamaha, dan merasa optimis untuk musim 2010 ini dengan Yamaha YZR M1.






























Para Presiden Amerika Serikat dari 1 s/d 44 Sumber: Wikipedia

No Presiden Mulai menjabat Akhir jabatan Partai Wakil presiden Masa jabatan
1 George Washington Portrait of George Washington.jpeg 30 April 1789 3 Maret 1797 Tidak ada
(Polisi Federal)
John Adams 1
2
2 John Adams Johnadamsvp.flipped.jpg 4 Maret 1797 3 Maret 1801 Federalis Thomas Jefferson 3
3 Thomas Jefferson T Jefferson by Charles Willson Peale 1791 2.jpg 4 Maret 1801 3 Maret 1809 Demokrat-Republik Aaron Burr 4
George Clinton 5
4 James Madison Jm4.gif 4 Maret 1809 3 Maret 1817 Demokrat-Republik George Clinton [1]
Kosong
6
Elbridge Gerry [1]
Kosong
7
5 James Monroe Jamesmonroe-npgallery.jpg 4 Maret 1817 3 Maret 1825 Demokrat-Republik Daniel Tompkins 8
9
6 John Quincy Adams John Quincy Adams.jpg 4 Maret 1825 3 Maret 1829 Demokrat-Republik John Calhoun 10
7 Andrew Jackson Andrew jackson head.gif 4 Maret 1829 3 Maret 1837 Demokrat John Calhoun [2]
Kosong
11
Martin Van Buren 12
8 Martin Van Buren Martin Van Buren.jpg 4 Maret 1837 3 Maret 1841 Demokrat Richard Johnson 13
9 William Harrison William Henry Harrison by James Reid Lambdin, 1835.jpg 4 Maret 1841 4 April 1841 Whig [3] John Tyler 14
10 John Tyler John Tyler.jpg 4 April 1841 3 Maret 1845 Whig Kosong
11 James Polk Polkpolk.jpg 4 Maret 1845 3 Maret 1849 Demokrat George Dallas 15
12 Zachary Taylor Zachary Taylor by Joseph Henry Bush, c1848.jpg 4 Maret 1849 9 Juli 1850 [1] Whig Millard Fillmore 16
13 Millard Fillmore Millard Fillmore.jpg 9 Juli 1850 3 Maret 1853 Whig Kosong
14 Franklin Pierce Franklin Pierce.jpg 4 Maret 1853 3 Maret 1857 Demokrat William King [1]
Kosong
17
15 James Buchanan James Buchanan.jpg 4 Maret 1857 3 Maret 1861 Demokrat John Breckinridge 18
16 Abraham Lincoln Abraham Lincoln head on shoulders photo portrait.jpg 4 Maret 1861 15 April 1865 [4] Republik Hannibal Hamlin 19
Andrew Johnson [5] 20
17 Andrew Johnson Andrew Johnson.jpg 15 April 1865 3 Maret 1869 Demokrat [5] Kosong
18 Ulysses Grant Ulysses Grant 1870-1880.jpg 4 Maret 1869 3 Maret 1877 Republik Schuyler Colfax 21
Henry Wilson [1]
Kosong
22
19 Rutherford Hayes President Rutherford Hayes 1870 - 1880.jpg 4 Maret 1877 3 Maret 1881 Republik William Wheeler 23
20 James Garfield James Abram Garfield, photo portrait seated.jpg 4 Maret 1881 19 September 1881 [4] Republik Chester Arthur 24
21 Chester Arthur Chester Alan Arthur.jpg 19 September 1881 3 Maret 1885 Republik Kosong
22 Grover Cleveland
(Periode ke-1)
President Grover Cleveland.jpg 4 Maret 1885 3 Maret 1889 Demokrat Thomas Hendricks [1]
Kosong
25
23 Benjamin Harrison Benjamin harrison.jpg 4 Maret 1889 3 Maret 1893 Republik Levi Morton 26
24 Grover Cleveland
(Periode ke-2)
President Grover Cleveland.jpg 4 Maret 1893 3 Maret 1897 Demokrat Adlai E. Stevenson 27
25 William McKinley Mckinley.jpg 4 Maret 1897 14 September 1901 [4] Republik Garret Hobart [1]
Kosong
28
Theodore Roosevelt 29
26 Theodore Roosevelt T Roosevelt.jpg 14 September 1901 3 Maret 1909 Republik Kosong
Charles Fairbanks 30
27 William Taft William Howard Taft.jpg 4 Maret 1909 3 Maret 1913 Republik James Sherman [1]
Kosong
31
28 Woodrow Wilson Wilson.jpg 4 Maret 1913 3 Maret 1921 Demokrat Thomas Marshall 32
33
29 Warren Harding Warren G Harding portrait as senator June 1920.jpg 4 Maret 1921 2 Agustus 1923 [1] Republik Calvin Coolidge 34
30 Calvin Coolidge Calvin Coolidge photo portrait head and shoulders.jpg 2 Agustus 1923 3 Maret 1929 Republik Kosong
Charles Dawes 35
31 Herbert Hoover HerbertHoover.jpg 4 Maret 1929 3 Maret 1933 Republik Charles Curtis 36
32 Franklin Delano Roosevelt FDR in 1933.jpg 4 Maret 1933 12 April 1945 [10] Demokrat John Garner 37
38
Henry Wallace 39
Harry Truman 40
33 Harry Truman Harry-truman.jpg 12 April 1945 20 Januari 1953 Demokrat Kosong
Alben Barkley 41
34 Dwight Eisenhower Eisenhower official.jpg 20 Januari 1953 20 Januari 1961 Republik Richard Nixon 42
43
35 John Kennedy John F. Kennedy, White House color photo portrait.jpg 20 Januari 1961 22 November 1963 [6] Demokrat Lyndon Johnson 44
36 Lyndon Johnson Lbj2.jpg 22 November 1963 20 Januari 1969 Demokrat Kosong
Hubert Humphrey 45
37 Richard Nixon Nixon 30-0316a.jpg 20 Januari 1969 9 Agustus 1974[2] Republik Spiro Agnew 46
Spiro Agnew [R]
Kosong
Gerald Ford
47
38 Gerald Ford Jerryford.jpg 9 Agustus 1974 20 Januari 1977 Republik Kosong
Nelson Rockefeller
39 Jimmy Carter Jimmy Carter.jpg 20 Januari 1977 20 Januari 1981 Demokrat Walter Mondale 48
40 Ronald Reagan Official Portrait of President Reagan 1981.jpg 20 Januari 1981 20 Januari 1989 Republik George H. W. Bush 49
50
41 George H. W. Bush George H. W. Bush, President of the United States, 1989 official portrait.jpg 20 Januari 1989 20 Januari 1993 Republik Dan Quayle 51
42 Bill Clinton Bill Clinton.jpg 20 Januari 1993 20 Januari 2001 Demokrat Al Gore 52
53
43 George W. Bush George-W-Bush.jpeg 20 Januari 2001 20 Januari 2009 Republik Dick Cheney 54
55
44 Barack Obama Official portrait of Barack Obama.jpg 20 Januari 2009 Sedang menjabat Demokrat Joe Biden 56